FOR The Alien boys who inspired
me... (/’v’)/
“The chance what lost quickly in front of your eyes....
Maybe can come back in the end of your life”
Kelu.
Tidak peduli berapa banyak dia mencoba menghangatkan
tubuh didepan perapian sederhana – yang emang kelewat darurat – rasanya
lidahnya tetap saja kelu. Seakan mencoba mendapat cuti agar tidak digunakan.
Rian menatap sekelilingnya nyalang,tangan kanannya
sedaritadi memegangi perutnya yang terasa perih. Bukan kelaparan seperti
awalnya. Rian yakin,rasanya tadi ada sesuatu
yang sudah berhasil mengeksplorasinya.
Rian memiringkan kepalanya linglung. Terlalu sibuk
berspekulasi layaknya Sherlock Holmes kemalaman sampai – sampai dia tidak
menyadari kalau sejak tadi ada seorang gadis yang terlihat kesal dihadapannya.
“Hei.” Cewek itu memanyunkan bibirnya. Tangan kanannya
membawa wadah berisi cairan mirip cokelat. Berkali – kali cewek itu mengayunkan
rambut legamnya yang dikuncir kuda acakadut
sangking kesalnya. “Kamu mau hidup atau enggak? Darahmu enggak bisa berhenti
dengan sendirinya lohh!” cerocosnya.
Rian mengerjapkan matanya. Membuyarkan hayalannya dan
beralih menatap gadis dihadapannya dengan gelagapan.
“Eh, i – iya? Ada apa ya?” tanya Rian asal.
“Aku nanya kamu masih betah hidup atau enggak?!” ucap
gadis itu kesal. Matanya menyipit,nyaris saja ia melemparkan cairan cokelat
kental yang dibawanya kewajah abstrak Rian.
“Maaf?” Rian masih saja bertanya linglung. Namun,yang
ditanya hanya menghela napas sambil memutar matanya kesal. Seolah – olah bocah
dihadapannya ini enggak tau satu ditambah satu sama dengan berapa. Gadis itu
menjentikkan telunjuknya yang ramping kearah perut Rian.
“Kamu ditikam.” Ujar cewek itu enteng.”Masa kamu enggak
ngerasa ada yang aneh?”
Rian merasa baru saja ada 200 kg prasasti yupa menghujani
tubuhnya. “Ditikam?!” cerocosnya.”Pantes aja ini perut rasanya perih.”
Ditengoknya perutnya dengan konyol,dan,selamat! Baru saja Rian lihat ada lubang
berdiameter 5 cm diperut kempesnya. Anehnya,bukan cairan merah layaknya saus
tomat yang keluar dari sana,melainkan lelehan cokelat panas.
Gadis didepannya mendelik sejenak,sejurus kemudian
tertawa terpingkal – pingkal sampai – sampai buntut kudanya berkali – kali
terurai diudara.
“Kamu ini lucu ya!” ucap gadis itu tersenyum segar,ia
mengulurkan tangannya yang pucat. “Azure. Azure Vienna.” Lanjutnya. “Namamu
siapa?”
Rian menyambut uluran tangan Azure malas. “Rian.” Ucapnya
datar. “Rian Herllington.” Mata Rian menatap Azure bimbang. “Kalau enggak
keberatan,boleh aku bertanya?”
Azure berdiri, sedikit melompat kekanan – kekiri.
Melemparkan wadah yang dibawanya,menjentikkan telunjuknya kearah perut Rian
yang terluka dan ajaib! Cairan cokelat kental dalam wadah berubah menjadi
kristal cokelat gemerlapan yang beterbangan menutup lubang diperut Rian.
Rian hanya bisa nyengir. Rasanya sedikit mengerikan saat
mendapati kristal tadi beraroma cokelat
mintz. Azure tersenyum jenaka,menambahkan beberapa potongan kayu kearah
perapian,kemudian berjalan mendekat kearah Rian.
“Katakan apa yang ingin kau tanyakan.”
Menelan ludah,sedikit terasa aneh disini. “Well,aku tau tempat ini, sapnot – atau apalah yang kalian bilang
– emang abnormal. But, aku baru saja datang kesini dan menurutku,semua hal disini terasa enggak
nyata – sama sekali enggak.
Entah matanya yang bermasalah atau memang nyata. Tapi
kali ini,Rian mendapati Azure menyeringai,tatapan matanya yang jenaka berbalik
menjadi menusuk. Entah kenapa Rian serasa baru saja ditatap oleh Joker. Api
perapian berkobar aneh walau tak ada angin.
“Sapnot.
Disini,kamu akan merasakannya, alasan mengapa kamu ada disini. Kalau sedikit
saja kamu ceroboh,atau meremehkan dunia ini.” Azure menerawang jauh kearah
pohon cemara runcing yang malah tampak mirip ladang jarum. “Mungkin saja ‘dia’
akan kembali menyapamu.”
Rian merasa tengkuknya mendingin. “Dia siapa maksudmu
Azure? Tolong jangan buat ini jadi semakin ambigu.”
Azure mengedikkan dagu kearah perut Rian yang kini telah
kembali seperti semula. “Orang yang menikammu.” Tangan kanannya berpose seolah
menggenggam buku,tak lama kemudian
muncullah sebuah buku tebal bersampul merah pucat ditangannya. “ Mereka enggak
segan – segan mengesekusi siapa saja yang enggak percaya atau enggak mau
mengakui kehebatan sapnot.”
“Lagian,sejak awal portal mengantarmu kesini,saat itulah
kamu resmi ditunjuk untuk mengikuti game ini. Dan aku sendiri juga enggak tau
dimana akhirnya.”
Rian menelan ludah,rasa darah. Ia menatap gadis
dihadapannya seolah baru saja menemukan loli ghotic paling sadis dalam
game,sebelum keberaniannya terkumpul untuk buka mulut.
“Jadi? Kamu juga bernasib sama denganku?”
Azure menoleh celingukan,mendadak dia terpingkal –
pingkal seperti baru saja mendapati kodok terbang dengan sayap baja. “Ya
enggaklah! Aku memang penghuni hutan ini.” Gadis itu menjentikkan telunjuknya.
“Sebut saja aku NPC.” sudut bibirnya tertarik membentuk simpul seringaian yang tajam dibawah bulan purnama.
To Be Continued....
Hi guys! long time no post :3.
akhirnya ff ini dapet part 2 juga :'v . Oke,sedikit penjelasan nih,jadi si Rian nyasar kedunia aneh yang bernama sapnot. lha,disana itu semuanya terasa kek alam dongeng,semua yang ada disana itu bisa dimakan. Dipart ini Rian ketemu sama cewek barbar yang nantinya bakalan jadi kunci cerita selanjutnya. Okeyy... Tunggu update an selanjutnya ya guys (/'v')/